Postingan

Happy people are the most successful

Happy people are the most successful Mungkin kebanyakan dari kita suka banget sama cuplikan video motivasi yang menggebu-gebu, membakar semangat.. I did and I used to watch that kind of videos. Secara gua orangnya skeptis banget, gak gampang percaya, ada satu hal yang mengusik pikiran gua banget. Kebanyakan motivator mengidentikkan sukses = pain, no pain, no gain. Kita harus tidur cuma 2 / 3 jam sehari, harus kerja mati-matian, harus berjuang banget gitu lah… Seolah-olah perjalanan menuju kesuksesan itu harus dipenuhi dengan perasaan sakit, derita, sedih, dendam..Gua agak gak setuju sama that kind of way to motivate orang. Menurut gua itu yang ngebuat orang ngebatasi kebahagiaan dia sendiri, like i should to succeed first than i'll be happy. Oh i should take this burden till one day i get what i want, then i'll be happy.. . My idea is you should be happy now than you'll get, attract what you want. Hardwork doesn't mean you have to suffer. . Gua gak bilang lo gak harus b

Another skill you must have, but nobody tells you

Knowing what to ignore Ketidakpedulian selalu dikaitkan dengan hal yang negatif, suatu tindakan yang buruk..Tapi menurut gua,itu salah satu skill yang harus dimiliki setiap orang sihhh di zaman sekarang ini.. As I grow up, I notice my life is so much easier when I know what to ignore. Gua jadi jago banget nge-ignore banyak hal, mulai dari kritikan temen, becandaan temen yang nyakitin, bahkan ocehan emak gua. Kalo gua yang dulu, gua bakal mikirin itu semua berhari-hari, wasting time dan perusak kebahagiaan banget gak sih? But disclaimer, ada beberapa hal yang harus lo perhatikan : Before you ignore it, you should check the thruth, the validity. Gimana caranya, coba tanya ke beberapa orang yang lo percaya, bener gak hal tersebut. selanjutnya,tanya ke diri lo sendiri, coba nilai diri lo, atau apapun itu dengan seobjektif mungking. Kalo ternyata jawaban dari orang yang lo percaya, berbeda dengan jawaban dan pendapat lo sendiri, yang harus lo pilih, always, yourself. Seringkali k

Do your work as it is for free (At least jangan tanya dibayar berapa)

Note to myself Do your work as it is for free (At least jangan tanya dibayar berapa) Why for free? Karena ketika lo berhasil ngelakuin suatu hal secara gratis, setidaknya lo bakal dapetin hal dibawah ini : Perasaan cukup I know having a lot of money is good, your life will be so much exciting when you have money. Gua pernah punya banyak duit, dan gua juga pernah gak punya duit (ukuran kaya gua ya, bukan ukuran pengusaha besar wkwkwk, mana pernah gua punya duit milyaran). Believe me, punya duit is so much better.. Tapi, as a young people, it probably takes a lot of time for you to be sufficient in financial. Mungkin lo bakal bangkrut dulu? Mungkin lo bakal jadi gembel dulu sebelum sukses, yang pasti jalannya gak pernah semulus jalan tol. Jadi kalo lo udah ngebiasain ngelakuin sesuatu bukan karena imbalan uangnya, in your hardest time, in your darkest hours,when you have no money left in your pocket, maybe you can hold on for a litte bit longer till the dim of success you'are hoping

The Essence of Not Giving Up

Sebagai generasi milenial kita sering banget mendengar labeling, kalau generasi kita itu gak punya daya juang seperti generasi sebelumnya. Kita mau semuanya serba cepat, susah buat stick sama satu tujuan. Dan menurut gua, sebagai generasi milenial, that’s so fucking true. it happens to me, gua punya banyak ide, entah itu ide bisnis, atau ide projek buat lomba, dan belum ada satu pun yang berhasil gua realisasikan. Tapi di postingan kali ini, gua mau cerita betapa gua bangga krn gua fight buat apa gua mau, dan itu menyadarkan gua ternyata gua gk secemen itu, gk secepat itu buat give up, walaupun gua generasi milenial wkwk Jadi ada satu goal yang gua pingin banget buat tercapai di masa kuliah gua, yaitu ngedapetin beasiswa XL Future Leaders. Tahun lalu gua udah nyoba dan gua sampai di tahap terakhir, yaitu tahap interview. Gua ketika itu berharap banget buat dapetin tu beasiswa. Gua ngerasa kalo performa gua selama tes udah bagus bgt dan dengan sombongnya gua mikir, pasti gua lul

Last Review : The Four Agreements (4)

The Last Agreement : Always Do Your Best Okey kita semua udah sering banget dengar prinsip di atas, kedengaran meanstream sama clishe banget ya, gak kaya agreements sebelumnya yang beda dari yang lain. Tapi ada hal menarik dalam penjelasan buku ini mengenai prinsip di atas. “Always Do Your Best” dosen’t have the same meaning all the time. Loh kok bisa gitu? Gini nih penjelasannya Your best ketika lo sakit tidak sama dengan your best ketika lo sehat. Your best ketika lo senang tidak akan sama dengan your best ketika lo sedih. Intinya sih “Do Your Best” but at the same time “Be good to yourselves”. Makanya disetiap kalimat do your best di buku ini diikuti dengan kalimat – no more and no less than your best. Don’t try too hard. Kenapa? Karena kalo terlalu keras berusaha bakal capek beb, ujung-ujungnya kita kecapean sendiri. Kalo kecapean yang udah cape banget, recovery nya juga bakal makan waktu lama. Yang tadinya ngoyo supaya keinginan cepat tercapai, uj

Book Review : The Four Aggrements (3)

The third Agreement : Don’t make assumption Kita memiliki kecenderungan untuk membuat asumsi sendiri. Kita berasumsi mengenai pendapat orang lain, dan semua hal yang mungkin terjadi. Kita meyakini apa yang kita asumsikan itu selalu benar. Tapi coba pikir deh, sangat jarang dari asumsi kita itu terbukti benar. Gua sendiri punya kecenderungan buat berasumsi tentang apa yang bakal terjadi di masa depan. Gua dulu orang nya super panikan. Teman-teman sma gua pasti ingat gimana lebay dan panikannya Lestari. Ujung-ujungnya gua suka insecure sendiri setelah gua over thinking dan nyiptain segala macam drama di kepala gua. Terus kalo udah gak sanggup mikir, gua milih buat tidur deh wkwk Di buku ini dijelasin kalau kita gak boleh buat asumsi apa pun. Bahkan buat asumsi yang bagus sekali pun, bukan cuma yang buruk aja.  Contoh nya kita lagi jalan-jalan di suatu tempat   dan kita ketemu sama orang yang kita suka. Dia ngeliat kita dan senyum ke kita. Hanya karena satu kejadian ini kit

Book Review : The Four Agreements (2)

The second agreement         2. Don't take anything personally Di postingan sebelumnya gw ngebahas soal agreement pertama yaitu “be impeccable with your words”. Mungkin kita udah setuju untuk selalu ngejaga dan memperhatikan kata-kata kita. Tapi faktanya masih banyak orang yang mungkin belum aware sama perkataannya. Orang-orang yang sama sekali tidak impaccable. Agreement yang kedua ini ngajarin gimana cara kita untuk berdamai sama hal tersebut. Agreement yang kedua ini adalah “Don’t take anything personally”. Mungkin kalo bahasa Indonesia gaul nya artinya “jangan baperan”. Kita udah sering banget pasti denger kata-kata yang nyuruh kita supaya tidak mudah baper. Tapi kita gk tau kan kenapa kita seharusnya gk boleh baper? Dan penjelasan dari buku ini mampu banget bikin gua gk mudah baperan lagi. Di postingan sebelumnya gua cerita kalo gua sebelumnya suka sakit hati kalo ada orang yang ngehina gua walaupun cuma buat becanda. Gua juga jelasin kalo setelah orang itu